Kamis, 04 Agustus 2016

Saranghae Jung Uisa

Cast:
Park Seung Jun KNK
Jung Hyejin (OC)
Cha Eunwoo ASTRO

Genre: Romance, Teen life

Lenght : General

Saranghae Jung Uisa!

Jung Hyejin POV
Aku terbangun dari tidurku kemudian meraih alarmku yang berbunyi dengan setengah mengantuk
“Jam berapa sekarang?” gumamku pelan
“Ah, baru jam 6.45” gumamku pelan kemudian aku meletakkan alarmku ke tempatnya kemudian tidur lagi. Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarku tak berhenti
“Ya! Ppali irreona! Kau ingin terlambat masuk sekolah eoh?” ucap seorang pria yang tak lain adalah kakak sepupuku, Seo Kang Joon Oppa. Ayahnya adalah kakaknya Ayahku. Jadi sudah selayaknya dia lebih tua dariku
“Sebentar lagi Oppa. Masih jam 6.45 kok” balasku malas
“Jam 6.45 dari mana? Sekarang sudah jam 7.15!” protesnya tak terima. Aku pun membuka mataku sedikit untuk memastikan kalau aku yang benar, bukan dia. Namun ternyata alarmku sendiri berpihak kepadanya, bukan kepadaku pemiliknya. Aku langsung teriak panik
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” teriakku panik
“Ya! Ini bukan saatnya untuk berteriak ria, cepat bersiap-siaplah! Gara-gara kamu, Oppa juga terlambat untuk kuliah!” protesnya. Aku pun langsung berhenti berteriak dan segera bersiap-siap berangkat sekolah dan aku langsung menghampiri Seo Kang Joon Oppa yang sedang menyalakan motornya
“Naiklah” ucap Seo Kang Joon Oppa. Aku langsung naik ke atas motornya dan ia langsung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi
“Oppa, pelan-pelan dong. Aku kan takut” ucapku kepadanya karena ia mengendarainya dengan kecepatan tinggi
“Kita tak punya banyak waktu. Makanya berpegangan dong” balasnya. Aku pun hanya menuruti perkataannya meskipun aku masih merasa takut. Tak lama kemudian, motornya berhenti tepat di depan gerbang, dan aku segera turun dari motornya
“Hati-hati di jalan Oppa” ucapku sambil melambaikan tangan sebentar ke arahnya. Ia hanya membalas dengan acungan jempol
“Sudah masuk sana” ucapnya sebelum ia pergi dari sekolahku. Aku hanya mengangguk lalu meninggalkannya dan masuk ke sekolah, ia pun segera mengendarai motornya ke kampus. Aku pun segera berjalan menuju ke kelas, tetapi di perjalanan Eunwoo dan Seungjun menghampiriku
“Hey, tumben kamu datangnya agak siang?” sapa Eunwoo
“Ne, aku bangun kesiangan tadi” balasku sambil tersenyum
“Makanya kalau tidur jangan malam-malam” ucap Seungjun bercanda lalu ia menoyor kepalaku pelan. Aku hanya menatap tajam ke arahnya seolah berkata ‘kau ingin mati?’ dan ia hanya tertawa melihatku. Aku, Eunwoo, dan Seungjun memang sudah berteman sejak kecil. Mereka terkadang juga suka modus kepadaku, jadi aku sudah kebal dengan tingkah mereka
“Oh iya, kalian sudah mengerjakan tugas biologi tentang saraf?” tanya Seungjun
“Tentu saja” balasku dan Eunwoo bersama
“Baguslah kalau begitu” ucap Seungjun
“Kenapa? Kau belum mengerjakan tugasnya?” tanyaku
“Ya! Sesekali aku juga bisa menjadi anak rajin” protesnya. Aku dan Eunwoo hanya tertawa pelan mendengar ucapannya
“Sudahlah, ayo kita ke kelas. Sebentar lagi bel masuk berbunyi” ucap Eunwoo. Aku dan Seungjun hanya menganggukkan kepala lalu kami jalan bersama menuju ke kelas

****

Bel pulang sekolah berbunyi, baru saja aku mendapat pesan dari Seo Kang Joon Oppa

From: Seo Kang Joon Oppa
Mianhae hari ini Oppa tak bisa menjemputmu pulang sekolah karena Oppa ada tugas dari dosen. Kau bisa pulang sendiri hari ini?

Aku membalas pesan darinya

To: Seo Kang Joon Oppa
Gwaenchana, aku bisa pulang sendiri. Mianhae aku sudah membuat Oppa terlambat kuliah

Tak lama kemudian, Seo Kang Joon Oppa membalas pesanku

From: Seo Kang Joon Oppa
Aku belum terlambat sih sebenarnya. Aku sengaja bilang aku terlambat supaya kamu cepat bersiap-siap. Kkkkk

What? Tega sekali dia membuatku panik setengah mati. Tak hanya panik, aku juga merasa bersalah terhadapnya tapi ternyata aku dibohongi. Lihat saja Seo Kang Joon Uisa! Aku akan membalas perbuatanmu. Well, hari ini aku pulang sendiri. Eunwoo sedang fokus membuat lagu dan Seungjun sedang menulis lirik untuk rapp-nya. Aku pun berjalan-jalan keliling sekolah sebelum aku pulang ke rumah dan merasa bosan di rumah sendirian. Aku berjalan melewati setiap kelas-kelas yang sudah kosong dan tak ada penghuninya satupun, ketika aku baru melewati sebuah kelas, seseorang membungkam mulutku dan membawaku masuk ke dalam kelas

Seungjun POV
Aish! Aku belum menemukan inspirasi untuk rappku. Di depanku hanya ada secarik kertas yang sudah penuh dengan coretan-coretan penaku yang berisi lirik rappku. Namun aku melihat seseorang yang tak asing untukku di balik kaca di pintu kelas
“Bukannya itu Hyejin? Tumben dia belum pulang” gumamku pelan. Aku berusaha memanggilnya pelan, tapi sepertinya dia tak mendengarnya
“Dasar yeoja congek” gumamku pelan. Lalu sebuah ide muncul di otakku. Ketika dia melewati kelas, aku keluar secara diam-diam tanpa sepengetahuannya kemudian aku langsung membungkam mulutnya dan membawanya masuk ke kelas kemudian aku langsung melepaskan tanganku dari mulutnya. Lalu ia menatapku dengan tatapan masih shock
“Ya! Kau ingin terlibat kasus ‘Penculikan’?” tanyanya dengan tatapan tajam. Aku hanya tertawa pelan, kemudian ia memukul lenganku dengan keras
“Appo!” ucapku kesakitan sambil memegang tanganku yang kena pukulannya
“Aku ingin memukul kepalamu, tapi sayangnya tinggiku kurang mendukungku untuk melakukannya” ucapnya
“Kau ingin melakukannya?” tanyanya
“Ne, aku sangat ingin melakukannya” jawabku
“Kalau begitu coba lakukan” ucapnya lalu aku menjitak kepalanya pelan kemudian berlari menjauhinya
“YA! PARK SEUNG JUN!” Teriaknya kesal lalu ia mengejarku dan berusaha membalas menjitak. Aku hanya berlari menghindarinya sambil tertawa penuh kemenangan. Akhirnya ia pun menyerah untuk mengejarku. Ia menekuk kakinya memeluk kedua kakinya
“Aku benci Park Seungjun” ucapnya pasrah yang membuatku merasa agak bersalah terhadapnya. Akhirnya aku berjalan ke arahnya dan menekuk kedua kakiku sama sepertinya
“Silahkan pukul kepalaku. Tapi jangan terlalu keras” ucapku kepadanya. Ia hanya terdiam lalu tangannya memukul kepalaku pelan
“Sekarang kita sudah impas, oke?” ucapku kepadanya dan ia membalas dengan anggukan kepalanya. Lalu aku berdiri dan membantunya untuk berdiri dan membawanya ke bangku sebelahku
“Tumben kamu belum pulang?” tanyaku kepadanya
“Oppaku tak bisa menjemputku” balasnya
“Mau kuantar?” tawarku kepadanya
“Anni gwaenchana. Aku bisa pulang sendiri” balasnya kepadaku
“Aish.. kau memang tak pernah berubah dari dulu” ucapku kepadanya sambil terkekeh
“Wae? Aku makin cantik?” tanyanya sambil beraegyo
“Aigoo... cantik sih enggak, tapi congek iya” ucapku sambil mengacak rambutnya
“Ya! Jangan mengacak rambutku!” ucapnya sambil berusaha membenarkan rambutnya, tetapi aku tak berhenti mengacak rambutnya. Ia pun mundur untuk menghindariku sampai akhirnya ia hampir terjatuh dari bangkunya. Kedua tanganku langsung melingkari pinggangnya agar ia tidak terjatuh. Kini jarakku dengannya tak jauh dan aku bisa menghirup nafasnya yang ia buang, aku menatap matanya dalam-dalam. Beberapa detik kemudian, aku langsung mengangkat tubuhnya kembali ke posisi semula
“Go-gomawo” ucapnya gugup. Aku hanya membalas dengan mengangguk. Kini suasana antara aku dan dia menjadi canggung hanya suara detakan jam memenuhi ruangan ini. Beberapa saat kemudian
“Oh iya, bagaimana dengan lirik rapp-mu?” tanyanya
“Masih dalam proses” ucapku
“Ah.. coba kamu ngerapp. Aku ingin mendengarkannya” pintanya
“Ya! Kalau aku menyanyi sekarang, pada saat aku tampil tidak akan menarik lagi” ucapnya
“Aish! Sedikit saja jeball” ucapnya sambil beraegyo
“Sedikit saja? Arraseo. Listen to me” ucapku lalu aku berdeham untuk bersiap-siap
“Neoreul” ucapku bernyanyi dengan nada ngerapp
“Hanya itu?” tanyanya dengan raut wajah kecewa
“Katamu hanya sedikit” ucapku protes. Benar kan dia bilang sedikit saja? Berarti satu kata saja tak masalah kan?
“Paling tidak satu kalimat saja. Itu benar-benar sedikit, bahkan itu sangat sedikit dari ukuran sedikit” balasnya tak terima
“Arraseo aku hanya bercanda” ucapku sambil tertawa pelan. Ia hanya menatapku datar seolah berkata ‘aku sudah biasa’
“Neoreul dasi jabeuryeo haedo buseojineun” ucapnya sambil bernyanyi dengan nada ngerapp. Hyejin hanya mendengarkan lalu bertebuk tangan
“Daebak!” ucapnya sambil mengacungkan kedua jempolnya. Aku hanya menggarukkan kepalaku yang tak gatal
“Ah~ biasa saja” ucapku malu-malu
“Anniya! Benar-benar bagus. Bahkan aku saja tak bisa ngerapp sepertimu” pujinya yang membuat kedua pipiku merah
“Mau kuajarkan cara ngerapp?” tawarku kepadanya
“Hmmm boleh” ucapnya sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan tersenyum lalu aku mengambil secarik kertas dan menuliskan 2 kalimat lalu kuberikan kertas itu kepadanya
“Ucapkan 2 kalimat ini dengan cepat dan berulang” ucapku kepadanya. Ia mengambil kertas itu dan membacanya
“Ige mwoya? Aku tak bisa melakukannya dengan cepat apalagi berulang” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Baiklah 1 kalimat dulu deh tapi berulang” ucapku kepadanya. Ia hanya menghembuskan nafasnya sambil menatap kertas itu dengan tatapan seolah ‘aku menyesal pilih belajar’
“Jja~ kau ikuti aku saja dulu, bagaimana?” tanyaku kepadanya. Ia balas dengan mengangguk
“Deoneun meoreojiji ma don’t go away” ucapnya dengan nada ngerapp
“Ya! Bagaimana aku bisa ngerapp kalau kamu saja ngerapp terlalu cepat?” protesnya
“Itu masih standart” balasku
“Standart aja segitu, kalau cepat seberapa cepatnya?” gumamnya pelan
“Cobalah” ucapku kepadanya. Ia tampak diam mematung terus menatap kertas yang kutulis
“Aku tak bisa.. aku menyerah” ucapnya
“Ya! Kau belum mencobanya” ucap Seungjun tak terima
“Aku malu melakukan ini di depanmu” ucapnya malu-malu kemudian ia memasukkan kertas itu ke dalam tasnya. Aku hanya menghela nafas
“Ayolah” ucapku. Kemudian seseorang membuka pintu kelas tempat aku dan Hyejin berada
“Ternyata kalian disini” ucap seseorang yang tak asing bagiku, lalu aku dan Hyejin menatap ke arah sumber suara yang tak lain adalah Eunwoo

Jung Hyejin POV
Aku dan Seungjun langsung menghentikan aktivitas kita setelah melihat Eunwoo. Eunwoo pun langsung menghampiri kami
“Tumben kamu belum pulang, Hyejin-ah” ucap Eunwoo kepadaku
“Ah iya. Hari ini Oppaku tak bisa menjemputku, jadi aku pulang sendiri nanti” jelasku kepadanya
“Mau kuantar pulang?” tanya Eunwoo
“Ya! Jangan kau copy paste kata-kataku kepadanya ya?”  ucap Seungjun tak terima. Eunwoo hanya mengangkat satu alisnya bingung dengan ucapan Seungjun
“Anniya, aku bisa pulang sendiri kok” ucapku kepada Eunwoo
“Ah! Barusan Oppamu telpon aku, dia bingung mencarimu karena kamu belum pulang” ucap Eunwoo. Aku menatap jam dinding di kelas dan aku terkejut aku sudah 2 jam masih di sekolah sejak bel pulang sekolah. Aku segera mengambil tasku lalu berdiri dari bangkuku
“Aku pulang dulu ya?” ucapku kepada Eunwoo dan Seungjun kemudian aku langsung berlari keluar sekolah. Baru sampai di gerbang sekolah, hujan mulai turun
“Ah sial! Kenapa harus hujan di saat ga tepat?” gumamku pelan
“Aku harus cepat sebelum hujan tambah deras” gumamku pelan kemudian aku berlari. Di tengah perjalanan, hujan pun turun dengan deras
‘Ah sial!’ batinku. Kenapa langit tak berpihak kepadaku hari ini? Aku juga lupa membawa payungku lagi. Benar-benar hari ini hari sialku. Aku nekad tetap terus berlari sambil berusaha melindungi kepalaku dengan kedua telapak tanganku yang sudah basah terkena hujan, bahkan seragamku kini sudah basah kuyup. Akhirnya aku sampai di rumah dan langsung masuk dan segera menuju ke kamarku
‘Pasti buku-bukuku basah semua’ batinku. Lalu aku mengeluarkan isi tasku, dan benar mayoritas bukuku basah semua, namun tatapanku berhenti pada sebuah kertas yang berisi kalimat yang ditulis Seungjun
“Kenapa justru kertas ini tidak basah?” batinku heran. Aku merasa menggigil karena hujan tadi, tetapi aku lelah berlari dari sekolah sampai ke rumah. Akhirnya kuputuskan untuk istirahat sejenak

****

“Hyejin-ah, irreona” ucap seseorang membangunkanku dari tidurku
“Hm?” jawabku masih mengantuk
“Kenapa kau masih memakai seragammu yang basah? Cepat ganti baju. Kalau tidak, kau bisa sakit” balas orang itu yang tak lain adalah Seo Kang Joon Oppa
“Nanti dulu. Aku masih mengantuk uhuk.. uhuk...” balasku lalu kueratkan selimut yang kupakai, aku merasa kepalaku pusing untuk bangun dari ranjangku. Seo Kang Joon Oppa langsung memegang dahiku dengan punggung tangannya
“Kau demam” ucapnya
“Kau ganti baju dulu, setelah itu makan, setelah itu minum obat dan istirahat” lanjutnya
“Ne” balasku kemudian Seo Kang Joon Oppa meninggalkanku sendiri di kamar. Aku pun segera bangun dari ranjangku dan berjalan ke arah lemari pakaianku dengan raut wajah masih mengantuk lalu kuambil salah satu pakaian dari lemariku dan juga sweater untuk menghangatkan tubuhku. Tak lama kemudian, Seo Kang Joon masuk ke kamarku dengan membawa nampan yang berisi sup yang hangat serta obat dan segelas air putih
“Gomawo Oppa” ucapku kepadanya. Oppa hanya membalas dengan mengangguk lalu meletakkan nampannya di meja sebelah ranjangku
“Biar Oppa yang menyuapimu, Oppa takut bukan kau yang makan sup ini tapi ranjangmu yang memakannya” ucapnya
“Terserah” balasku singkat lalu Seo Kang Joon Oppa memegang sup dan meniup sup itu sebelum sup itu masuk ke dalam mulutku
“Mashitta” ucapku kepadanya
“Masakan Oppa memang selalu enak” balas Seo Kang Joon Oppa dengan bangga
“Aku rasa Oppa lebih cocok jadi chef daripada seorang dokter” ucapku kepadanya. Ia hanya terkekeh pelan mendengar ucapanku
“Aigoo. Kalau Oppa tak jadi dokter, siapa yang akan melanjutkan memimpin rumah sakit?” tanyanya
“Aku siap membantu” ucapku
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku sebelum kau memimpin rumah sakit” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia tertawa kecil
“Eish” ucapku kesal
“Sudah nanti dulu tentang pemilik rumah sakit, sekarang makan dulu lalu minum obat dan istirahat” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia kembali menyuapiku sup sampai habis. Setelah itu, aku minum obat yang diberikan olehnya dan meminum segelas air putih. Kata orang, obat itu pahit, tetapi aku tak merasakan apa-apa dari obat ini. Terkadang aku juga berpikir obat itu rasanya pahit itu hanyalah mitos
“Jja, kalau begitu kau istirahat dulu. Besok kau jangan masuk sekolah dulu” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia membawa nampan beserta isinya dan keluar dari kamarku, aku hanya berbaring kembali di atas ranjangku untuk istirahat. Tak lupa aku memeluk boneka Hello Kitty-ku, boneka kesayanganku dan menutupi tubuhku dengan selimut. Aku merasa mulai mengantuk, mungkin ini adalah efek dari obatnya
“Jaljjayo” ucapku kepada bonekaku sebelum aku benar-benar terlelap

****

Keesokan harinya, Seo Kang Joon Oppa mengurusiku hingga siang hari, karena ia ada latihan praktek di Rumah Sakit. Sebelum Oppa pergi, ia sempat bilang kepadaku
“Tenang saja, Oppa sudah meminta tolong agar ada yang merawatmu di rumah. Ingat, jangan lupa makan dan minum obat jangan hanya tidur saja” ucapnya
“Arraseo” balasku kemudian Oppa meninggalkanku sendiri di rumah. Aku hanya melanjutkan tidurku lagi. Beberapa saat kemudian, seseorang membangunkanku dari tidur
“Hyejin-ah” panggil seseorang
“Hmm?” ucapku masih menutupkan mataku. Kubuka mataku sedikit untuk melihat siapa yang memanggilku, dan ternyata adalah Eunwoo. Aku juga melihat Seungjun di belakangnya Eunwoo
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Eunwoo
“Ya begitulah” balasku malas
“Seharusnya kau pulang bersamaku saja” ucap Seungjun. Aku tak membalasnya
“Kau sudah makan?” tanya Eunwoo
“Belum” balasku singkat
“Kau tunggu disini, aku akan mengambil makananmu” ucap Eunwoo lalu ia pergi meninggalkanku dengan Seungjun
“Ya! Bagaimana kau bisa belum makan?” protes Seungjun
“Aku sedang tak nafsu makan. Rasanya ingin tidur saja” balasku
“Aigoo. Kalau kau begitu kapan kau cepat sembuh? Aku janji kalau kau sudah sembuh, aku akan ngerapp di depanmu” ucap Seungjun kepadaku
“Tapi kalau kau tidak cepat sembuh, kau harus membelikanku Pokemon. Bagaimana?” lanjutnya
“Aigoo.. aku sedang sakit begini, bagaimana kau malah mengancamku seperti itu?” protesku tak terima
“Mau tidak?” tanyanya
“Shireo” balasku singkat
“Aish sudahlah yang penting kau harus makan” ucap Seungjun
“Aku belum lapar” balasku kemudian kututupi tubuhku dengan selimut. Beberapa saat kemudian aku merasa tak hanya aku sendiri di atas tempat tidurku, kubuka selimutku ddan melihat sampingku. Dan benar, Seungjun tidur di sebelahku yang membuatku terkejut
“Ya! Kenapa kamu disini?” protesku
“Wah, ternyata kau suka Hello Kitty” balasnya santai
“Turunlah dari tempat tidurku” balasku sambil berusaha mendorongnya keluar dari kasurku
“Shireo sampai kau mau makan atau.....” balasnya dengan nada ancaman
“Atau apa?” tanyaku kepadanya. Kemudian ia mengambil ponsel dan menelpon seseorang. Mungkinkah dia akan menelpon Seo Kang Joon Oppa?
“Yeobosseyo, Kang Joon Hyung” ucap Seungjun di telpon. Wah jangan-jangan dia akan mengadukanku kepadanya. Awas saja
“Arraseo.. aku akan makan” ucapku pasrah. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan lalu menutup ponselnya. Tunggu! Apa dia hanya berpura-pura telpon saja? Jangan-jangan aku ditipu lagi olehnya? Awas saja kalau dia menipuku
“Good girl” ucapnya lalu mengelus rambutku kemudian ia keluar dari ranjangku. Tak lama kemudian, Eunwoo datang membawa nampan yang berisi sama seperti yang dibawa Seo Kang Joon Oppa kepadaku
“Biar aku makan sendiri, btw gomawo Eunwoo-ya” ucapku kepadanya
“Cheonma” ucap Eunwoo lalu ia meletakkan nampan di meja sebelah tempat tidurku. Lalu kuambil sup yang hangat kemudian aku memakannya
“Mianhae aku sudah merepotkan kalian berdua” ucapku di sela sedang makan
“Annio, kamu sama sekali tidak merepotkan” ucap Eunwoo dan dibalas anggukan kepala Seungjun
“Sepertinya sakitmu ini membuatmu berpikir ngaco deh” ucap Seungjun. Aku hanya tertawa pelan mendengar ucapan Seungjun
“Wae? Ada yang lucu?” tanya Seungjun. Aku menggeleng kepalaku pelan
“Ngomong-ngomong kau terlalu maniak dengan Hello Kitty ya?” tanya Seungjun sambil melihat sekeliling ruang kamarku yang penuh dekorasi Hello Kitty. Memangnya aku tak boleh suka Hello Kitty? Hello Kitty kan lucu
“Banyak sekali barang-barangmu serba Hello Kitty” ucap Eunwoo
“Itu sebenarnya barang-barang sudah lama sih, tapi sayang kalau dibuang” balasku. Kemudian Seungjun berjalan ke arah lemari kacaku yang berisi deretan boneka Hello Kitty kemudian ia membuka pintu lemari tersebut
“Ya! Kau mau apakan bonekaku?” tanyaku dengan tatapan curiga. Ia hanya diam saja dan mengeluarkan beberapa boneka Hello Kittyku yang membuatku semakin penasaran lalu ia membawanya dan memberikan kepada Eunwoo
“Eunwoo-ya, ayo kita main rumah-rumahan” ucap Seungjun kepada Eunwoo
“Itu permainan anak kecil, perempuan lagi” ucapku kepada Seungjun
“Memangnya ada aturan permainan itu hanya berlaku untuk anak kecil saja khususnya perempuan?” tanya Seungjun kepadaku. Memang tak ada aturan seperti itu sih, hanya saja... Ah sudahlah, dia memang tiang listrik aneh
“Seungjun-ah” panggil Eunwoo
“Hmm?” balas Seungjun
“Kita perlu bicara sebentar” ucap Eunwoo lalu pergi keluar dari kamarku disusul Seungjun juga keluar dari kamarku
“Mereka mau ngomong apa ya? Tumben aku ga diajak juga?” gumamku pelan
Eunwoo POV
Aku keluar dari kamar Hyejin mengajak Seungjun keluar agak jauh dari kamarnya supaya tidak terdengar oleh Hyejin
“Ada apa kau mengajakku kesini? Kau ingin mengajakku berkencan disini?” ucap Seungjun dengan penuh percaya diri
“Aku sedang tak ingin bercanda, Seungjun-ah” ucapku serius
“Baiklah baiklah.. ada apa?” tanyanya mulai serius
“Jawab dengan jujur, apa kau menyukai Hyejin?” tanyaku kepadanya
“Kenapa kau bertanya seperti ini kepadaku?” tanyanya heran
“Jawab saja pertanyaanku” ucapku dingin kepadanya. Ia tampak diam enggan menjawab pertanyaanku
“Apa kau lupa dengan janji kita 10 tahun yang lalu?” tanyaku kepadanya. Aku dan dia hanya terdiam, ingatanku kembali pada 10 tahun yang lalu
#Flasback 10 years ago

Saat itu, aku dan Seungjun menatap sebuah panggung yang bertulis “LOMBA MENYANYI”
“Mari kita dengarkan suara emas dari Jung Hyejin!” Sambut MC dan dibalas dengan tepuk tangan dari penonton, termasuk Eunwoo dan Seungjun. Ini saat yang mereka nantikan. Kemudian Hyejin naik ke atas panggung dengan gaun putih yang membuatnya terlihat seperti bidadari. Ia pun mulai bernyanyi. Aku dan Seungjun menatapnya dengan kagum
“Kurasa suatu hari aku akan menikah dengannya” ucapku tiba-tiba. Kata-kata itu langsung keluar dari mulutku begitu saja
“Annio. Suatu hari nanti aku yang akan menikahinya” balas Seungjun
“Anniya. Akulah orangnya” balasku tak terima
“Anni. Akulah yang pantas untuknya” balas Seungjun tak kalah dariku
“Oke. Kita tak harus memutuskan persahabatan kita hanya karena cinta bukan? Kalau begitu mari kita bersumpah kalau kita tak akan merebut Hyejin, bagaimana?” tanyaku kepada
“Aku setuju” balas Seungjun lalu kita saling berjabat tangan sebagai tanda kita sepakat

#Flashback End

“Aku ingat janji itu” ucap Seungjun
“Aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan janji itu lagi. Aku sangat menyukainya” ucapku kepadanya. Ia membulatkan matanya
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau juga melanggar perjanjian kita” ucapku kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tolong biarkan aku memilikinya Seungjun-ah” lanjutku dengan nada memohon
“Aku juga menyukainya...... hanya sebagai teman” ucap Seungjun kepadaku
“Seungjun-ah” ucapku
“Akan kulakukan” balasnya
“Gomawo” ucapku kepadanya lalu menepuk bahunya pelan

Author POV
Keesokan harinya, Hyejin kembali masuk sekolah karena demamnya sudah turun dan menjalankan harinya seperti biasa. Tetapi ia merasa ada sesuatu yang aneh. Kemudian ia melirik ke arah Seungjun yang sedang memainkan ponselnya, ia memutuskan untuk menghampirinya
“Seungjun-ah” panggil Hyejin dengan ceria. Seungjun mendongakkan kepalanya dan menatap Hyejin sebentar kemudian kembali menatap ponselnya
“Wae?” tanya Seungjun dingin tanpa menatap Hyejin. Raut wajah Hyejin berubah
“Kau marah kepadaku?” tanya Hyejin
“Anni” balas Seungjun singkat tanpa menatap Hyejin
“Lalu kenapa kau berubah tak seperti biasanya?” tanya Hyejin
“Berubah bagaimana? Aku semakin tampan? Arra” balas Seungjun masih menatap layar ponselnya
“Ya! Kau tahu bukan itu maksudku. Oke apapun kesalahanku padamu, aku minta maaf. Tapi jangan seperti ini” ucap Hyejin mulai kesal
“Aku mau keluar”  ucap Seungjun kemudian ia berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan keluar kelas meninggalkan Hyejin. Namun Hyejin tak hanya diam saja, ia mengejar Seungjun kemudian ia memegang tangannya
“Ya! Seungjun-ah!” panggil Hyejin sambil memegang tangannya Seungjun, tetapi Seungjun menepis dengan kasar
“Pergilah! Jangan jadi penguntitku!” balas Seungjun dengan tatapan death glare-nya lalu pergi meninggalkan Hyejin. Hyejin hanya menatap punggung Seungjun yang berjalan menjauhinya
‘Aku hanya tidak mau jadi pengkhianat’ batin Seungjun

****

Hyejin POV

Seperti biasa Seo Kang Joon Oppa menjemputku lebih awal karena aku harus packing barang-barangku. Ya, aku akan pindah ke Amerika bersamanya karena Seo Kang Joon Oppa mendapat beasiswa studi lanjut ke Amerika
“Kau sudah mengurus administrasimu untuk pindah sekolah?” tanya Seo Kang Joon Oppa
“Sudah” balasku
“Mianhae” ucap Seo Kang Joon Oppa
“Mwo?” balasku bingung. Untuk apa dia minta maaf?
“Oppa tahu kau memiliki banyak kenangan disini, tapi Oppa yakin kau akan juga merasa nyaman disana” ucapnya
“Gwaenchana Oppa” balasku sambil tersenyum kecil. Tak lama kemudian, motornya berhenti di depan rumah. Aku segera masuk ke dalam dan segera menuju ke kamarku. Aku mulai mengeluarkan tas koperku dan memasukkan baju-bajuku di dalamnya. Tak lupa juga aku membawa boneka-bonekaku yang ada di lemari. Lalu tatapanku berhenti pada dua buah kotak, aku membuka kedua-duanya yang salah satu kotaknya berisi boneka minion dan kotak satu lagi berisi boneka pokemon. Kemudian aku mengirim pesan ke Eunwoo dan Seungjun

To: Eunwoo;Seungjun
Kalian bisa ga ke Cafe XX jam 7 malam nanti? Ini penting

Setelah mengirim pesan ke mereka berdua, aku kembali membereskan barang-barang yang akan kubawa ke Amerika besok.

****

Aku segera berangkat ke Cafe XX untuk bertemu dengan Eunwoo dan Seungjun untuk terakhir kali, tak lupa aku membawa kado untuk mereka berdua. Sesampainya disana, aku melihat Eunwoo dan Seungjun di meja dekat kaca. Aku segera menghampiri mereka
“Kalian sudah lama menunggu?” tanyaku
“Tidak” jawab mereka bersamaan. Aku pun mengangguk pelan kemudian duduk di seberang mereka
“Ada apa kau mengundang kita kesini?” tanya Eunwoo
“Ah ini” balasku kemudian aku memberikan dua buah kotak dan kuletakkan di depan mereka
“Itu untuk kalian” ucapku setelah meletakkan kedua kotak itu di depan mereka masing-masing
“Tumben kamu membeli hadiah untuk kita? Perasaan kita ga berulang tahun hari ini” ucap Seungjun heran
“Anggap saja itu hadiah dariku karena besok aku pindah ke Amerika” ucapnya. Mereka tampak terkejut mendengarkan ucapanku barusan
“A-Amerika?” ucap Seungjun. Aku hanya membalas dengan anggukan pelan
“Aku juga minta maaf sama kalian kalau aku pernah berbuat salah dengan kalian” jawab Eunwoo
“Ah.. kau tak pernah berbuat salah. Kapan kau akan kembali?” tanya Eunwoo
“Molla” balasku singkat
“Ada yang ingin kalian ucapkan untukku sebelum aku pindah?” tanyaku kepada mereka sebelum aku pergi meninggalkan mereka
“Berhati-hatilah disana. Semoga kita bisa bertemu lagi, dan Jaga kesehatanmu juga” ucap Eunwoo
“Gomawo Eunwoo” ucapku kepadanya lalu aku melirik ke arah Seungjun yang masih terdiam
“Annyeong” ucap Seungjun singkat
“Hanya itu saja?” tanyaku kepadanya
“Ne” ucap Seungjun tanpa menatapku
“Baiklah. Kalau begitu, aku pergi” ucapku kemudian pergi meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke arah rumah. Untung jarak dari rumahku ke cafe tidaklah jauh. Entah kenapa aku merasa sedih karena mengingat ucapan terakhir Seungjun. Sesampainya aku di rumah, aku segera menuju ke kamarku, tetapi Seo Kang Joon Oppa menungguku di ruang tamu yang membuatku nyaris terkejut
“Dari mana kamu?” tanyanya
“Aku mencari udara segar di sini untuk terakhir kali” balasku berbohong
“Arraseo. Kau sudah siap berangkat besok?” tanyanya. Aku hanya membalas dengan anggukan pelan
“Istirahatlah. Besok kau harus bangun pagi” ucapnya kemudian ia tersenyum kepadaku
“Ne. Aku istirahat dulu Oppa” ucapku kepadanya kemudian aku segera menuju ke kamar untuk istirahat

****

Keesokan harinya, Seo Kang Joon Oppa mengetuk pintu kamarku
“Kau sudah siap?” tanyanya di balik pintu kamarku
“Ne sebentar lagi, Oppa” balasku
“Arraseo, Oppa tunggu di depan” ucapnya kemudian meninggalkanku di kamarku. Aku masih menatap bayanganku di cermin. Entah apa aku harus merasa senang atau sedih karena harus meninggalkan negara tempat aku dibesarkan.  Aku hanya menghela nafasku pelan
‘Sudah saatnya. Annyeong Korea’ batinku lalu keluar dari kamarku menghampiri Seo Kang Joon Oppa yang sudah menungguku lalu kita berangkat menuju Bandara

13 tahun kemudian

Aku kembali ke Korea untuk bekerja di Rumah Sakit. Lebih tepatnya Rumah Sakit itu yang merekutku untuk bekerja disana. Sekarang aku adalah dokter spesialis bedah saraf
“Sudah 13 tahun lamanya aku tak menghirup udara ini” gumamku pelan
“Kau memang masih suka bergumam sendiri” ucap seseorang di belakangku. Aku menengok ke arah sumber suara itu, ternyata adalah Eunwoo
“Eunwoo-ya?” tanyaku kepadanya. Well, aku hanya ingin memastikan saja. Siapa tahu aku salah orang
“Ne. Kau ternyata masih mengingatku” ucapnya sambil tersenyum lalu ia berjalan menghampiriku. Aku hanya tersenyum pelan
“Kapan kau kembali?” tanyanya
“Baru kemarin” balasku kepadanya
“Kau sekarang bekerja dimana?” tanyanya lagi
“Di Rumah Sakit. Sekarang aku adalah Uisa” balasku kepadanya sambil tersenyum
“Akhirnya kau sekarang sudah menjadi Uisa seperti Seo Kang Joon hyung” balasnya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum ke arahnya
“Apa kabarmu?” tanyaku kepadanya
“Ya! 13 tahun kita tak bertemu, dan kau hanya bertanya itu kepadaku?” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Lalu maumu aku harus bagaimana? Apakah aku harus memberikanmu boneka minions lagi?” ucapku sambil tertawa pelan
“Ya! Sudah jangan bongkar aibku!” protes Eunwoo
“Arraseo.. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Seungjun?” tanyaku tiba-tiba. Eunwoo sempat diam sejenak mendengar pertanyaanku
“Dia... masih aneh seperti biasanya” ucapnya
“Hyejin-ah” panggil Eunwoo
“Hm?” balasku kepadanya
“Oke aku bukanlah orang yang romantis seperti di drama-drama. Jadi kusampaikan langsung to the point saja kalau aku... aku menyukaimu” ucapnya. Aku terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Eunwoo barusan. Aku terkejut mendengarkannya namun lama-kelamaan aku tak merasa apapun
“Eunwoo-ya” ucapku. Eunwoo hanya menatapku menunggu jawabanku
“Mianhae aku tak bisa menerimamu. Aku tak ingin merusak persahabatanmu dengan Seungjun” balasku kepadanya
“Maksudmu?” tanya Eunwoo bingung. Kemudian aku menjelaskan kepadanya

#Flashback
Setelah Eunwoo dan Seungjun keluar dari kamarku, aku mengikuti mereka kemudian bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka secara diam-diam
“Ada apa kau mengajakku kesini? Kau ingin mengajakku berkencan disini?” ucap Seungjun dengan penuh percaya diri
“Aku sedang tak ingin bercanda, Seungjun-ah” ucapku serius
“Baiklah baiklah.. ada apa?” tanyanya mulai serius
“Jawab dengan jujur, apa kau menyukai Hyejin?” tanyaku kepadanya
“Kenapa kau bertanya seperti ini kepadaku?” tanyanya heran
“Jawab saja pertanyaanku” ucapku dingin kepadanya. Ia tampak diam enggan menjawab pertanyaanku
“Apa kau lupa dengan janji kita 10 tahun yang lalu?” tanyaku kepadanya. Aku dan dia hanya terdiam, ingatanku kembali pada 10 tahun yang lalu
 “Aku ingat janji itu” ucap Seungjun
“Aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan janji itu lagi. Aku sangat menyukainya” ucapku kepadanya. Ia membulatkan matanya
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau juga melanggar perjanjian kita” ucapku kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tolong biarkan aku memilikinya Seungjun-ah” lanjutku dengan nada memohon
“Aku juga menyukainya...... hanya sebagai teman” ucap Seungjun kepadaku
“Seungjun-ah” ucapku
“Akan kulakukan” balasnya
“Gomawo” ucapku kepadanya lalu menepuk bahunya pelan

#Flashback End

“Sebenarnya selama ini aku menyembunyikan dari kalian berdua. Awalnya aku heran dengan perubahan sikap Seungjun, aku sempat curiga kalau karena itu alasannya. Akhirnya aku segera mencari tahu dan ternyata memang dugaanku benar” ucapku kepadanya. Ia hanya terdiam, aku tahu dia pasti kecewa kemudian aku menepuk bahunya pelan, meskipun dia tinggi aku berusaha sebisa mungkin untuk mencapai bahunya
“Tenang saja. Aku sudah menganggapmu seperti Oppaku sendiri” ucapku menenangkannya kemudian aku berbisik kepadanya
“Bahkan kau melebihi dari Seo Kang Joon Oppa” bisikku kepadanya. Ia hanya tersenyum mendengar ucapanku
“Baiklah kalau begitu mulai sekarang kau harus memanggilku Oppa” ucapnya kepadaku
“Ya! Tapi kita ‘kan tak berpacaran” protesku kepadanya
“Memangnya kata ‘Oppa’ hanya digunakan untuk pacar saja? Bagaimana dengan Seo Kang Joon hyung?”  tanyanya
‘Iya juga ya? Kenapa aku bego begini sih?’ batinku
“Ah iya.. tapi kita kan teman seangkatan di sekolah kan? Rasanya aneh memanggilmu dengan sebutan Oppa” protesku kepadanya
“Ya! Kan kamu sendiri yang bilang kalau kau sudah menganggapku Oppa. Jadi sudah selayaknya kau memanggilku dengan sebutan Oppa” balasnya tak terima
“Bagaimana kalau aku memanggilmu Ahjussi saja?” tawarku kepadanya
“Aku belum menjadi ahjussi-ahjussi” balasnya
“Bagaimana kalau Abbeoji saja?” tawarku lagi
“Shireo! Kau boleh memanggilku Oppa atau Chagi” balasnya kemudian ia tertawa pelan
“Aku memanggilmu dengan sebutan ‘atau’ saja” balasku kemudian aku tertawa pelan. Tak lama kemudian, ponselku berdering menandakan pesan masuk. Aku pun segera membuka pesan tersebut

From: Seo Kang Joon Oppa
Neo eoddiya? Kamu tak lupa kan kalau hari ini ada pengarahan dari Kim Uisa bagi Uisa baru?

Aigoo! Hampir saja aku lupa. Aku pun mulai panik
“Eunwoo-ya, kita berbicara nanti lagi ya? Hari ini aku ada pengarahan” ucapku kepada Eunwoo
“Dari dulu kau memang tak pernah berubah. Sudah sana” ucap Eunwoo sambil terkekeh lalu ia melambaikan tangannya ke arahku. Aku pun membalas lambaian darinya kemudian pergi meninggalkannya dan berlari menuju Rumah Sakit

****

Sesampainya aku di Rumah Sakit, aku segera menuju ke Aula untuk mengikuti pengarahan
“Joeseonghamnida saya terlambat” ucapku kepada Kim Uisa sambil membungkukkan badanku
“Gwaenchana. Anjayo” ucap Kim Uisa
“Kamsahamnida” ucapku kepada Kim Uisa lalu duduk
“Baiklah karena semua sudah berkumpul. Mari kita mulai acara ini” ucap Kim Uisa kepada dokter-dokter baru lalu ia memulai memberi pengarahan

[Skip Pengarahannya]

“Saya akan membagi kalian menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok akan dibimbing oleh satu senior kalian” ucap Kim Uisa
“Kelompok 1: In Hee, Hyunwoo, Hyekyung, Jihun, Gong In. Pembimbing kalian Park Inseong Uisa
Kelompok 2: Hyesun, Taeil, Jaehyun, Sora, Daehyun. Pembimbing kalian Jung Hyerin Uisa
Kelompok 3: lhoon, Jinhee, Chaerin, Gong Shik, Byung Tae. Pembimbing kalian Saya
Kelompok 4: I.M, Kevin, Hyunjin, Moonbin, Sua. Pembimbing kalian Lee Hae In Uisa
Sekian pengarahan dari saya. Sisanya kalian belajar dengan pembimbing kalian” ucap Kim Uisa
‘Aku tak ada?’ batinku bingung. Lalu aku segera menemui Kim Uisa
“Kim Uisa, saya belum dapat pembimbing” ucapku kepadanya
“Jinjja? Ah mianhae saya lupa. Ya sudah, kamu ikut saya” ucap Kim Uisa. Aku mengangguk pelan kemudian mengikuti Kim Uisa dari belakang menuju ke ruangan dokter. Dari papan dekat pintunya tertulis Park Seungjun
‘Park Seungjun? Namanya terdengar familiar. Jangan-jangan.....’ batinku mulai was-was. Lalu Kim Uisa membuka pintu ruangan tersebut
“Seungjun-sshi” sapa Kim Uisa dan benar dugaanku ternyata Seungjun tiang aneh itu. Seungjun langsung berdiri dari tempat duduknya
“Oh Kim Uisa” Ucap Seungjun lalu ia membungkuk hormat
“Ada apa?” tanya Seungjun
“Begini. Saya ingin kamu membimbing salah satu dokter baru di Rumah Sakit ini” ucap Kim Uisa kepada Seungjun. Lalu Seungjun menatapku
“Ah.. baiklah” ucap Seungjun. Lalu Kim Uisa menepuk bahu Seungjun pelan
“Aku mengandalkanmu” ucap Kim Uisa sambil tersenyum. Seungjun hanya membalas senyuman
“Kalau begitu saya keluar dulu. Silahkan kalian berbincang-bincang” ucap Kim Uisa lalu berjalan keluar dari ruangan Seungjun
“Kamsahamnida” ucapku kepada Kim Uisa sambil membungkuk hormat ke arah Kim Uisa. lalu Kim Uisa menutup pintu ruangan Seungjun. Sekarang hanya aku dan Seungjun saja yang berada di dalam ruangan
“Duduklah. Apakah kamu tak capek berdiri terus disitu? Kamu ingin menjadi dokter atau satpam di ruanganku?” ucap Seungjun kepadaku
“Ah ne” ucapku kemudian duduk di kursi yang sudah tersedia
“Sunbae” panggilku. Mungkin terdengar agak aneh sih, tetapi dia sekarang seniorku. Jadi sudah selayaknya aku harus menghormatinya
“Ya! Kita ini setara, tak usah memanggilku dengan sebutan sunbae” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Wae? Sekarang kau kan sudah menjadi seniorku. Jadi sudah layak dan sepantasnya aku memanggilmu sunbae” protesku kepadanya
“Terserah kau saja” balasnya dingin
“Apa kabar?” tanyaku kepadanya
“Kau bisa lihat sendiri kan aku baik-baik saja” balasnya datar. Kenapa dia masih bersikap dingin terhadapku
“Kapan kau bisa memulai membimbingku?” tanyaku kepadanya
“Kau sibuk hari ini?” tanyanya. Aku menggeleng pelan
“Anni. Wae?” tanyaku kepadanya
“Ikutlah makan siang denganku” ucapnya kemudian ia berdiri dari tempat duduknya. Aku pun hanya mengikuti ucapannya dan mengikutinya dari belakang menuju ke kantin di Rumah Sakit. Aku dan dia duduk berhadapan, tak ada pembicaraan di antara kita berdua
“Sampai kapan kau akan terus bersikap dingin kepadaku?” tanyaku kepadanya
“Aku tak bersikap dingin terhadapmu” balasnya sambil makan
“Sebenarnya aku tahu apa yang terjadi antara kamu dan Eunwoo. Dan aku sudah berbicara dengan Eunwoo” ucapku kepadanya. Ia tampak diam setelah mendengar ucapanku
“Itu urusanmu dengan Eunwoo. Aku tak akan ikut campur” balasnya dingin
“Aku tak berpacaran dengannya. Aku hanya menganggap dia sebagai Oppaku, tak lebih” ucapku tiba-tiba kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tak akan ada gunanya aku berbicara denganmu” ucapku lalu aku pergi meninggalkannya sendiri

Seungjun POV
Aku menatap punggungnya yang semakin lama menjauhiku
“Mianhae Hyejin-ah..” gumamku pelan yang pasti tak terdengar olehnya
“Ah! Disini kau rupanya” ucap seseorang sambil terengah-engah. Aku menatap ke arah sumber suara itu, ternyata Eunwoo. Lalu ia duduk dan langsung meneguk gelas minumku
“Ya! Kenapa kau menghabiskan minumku?” protesku kepadanya
“Lumayan dapat minum gratis” ucapnya lega
“Heol” aku menghela nafasku kasar kemudian hanya menatap gelas minumku yang sudah tak ada isinya lagi sedangkan Eunwoo hanya terkekeh pelan melihat penderitaanku
“Ah, kudengar kau membimbing Hyejin ya?” tanyanya
“Ne” jawabku singkat
“Seungjun-ah” panggilnya, aku hanya menatap ke arahnya
“Jagalah dia” ucapnya kepadaku. Aku hanya mengangkat satu alisku
“Maksudmu?” tanyaku kepadanya
“Buat dia bahagia. Kau tahu maksudku bukan?” ucapnya
“Ah satu lagi.. kalau kau membuatnya menangis, kau akan berurusan denganku karena aku ini sekarang Oppa-nya” lanjutnya kemudian ia menepuk bahuku pelan kemudian ia pergi meninggalkanku
“Mwoya?” gumamku heran
‘Menjaganya? Membahagiakannya? Aku memang menyukainya dari dulu dan tak pernah akan pernah berubah. Tapi apakah dia juga menyukaiku?‘ batinku lalu aku segera berlari keliling rumah sakit mencari Hyejin tapi dia tak ada dimanapun. Beberapa saat kemudian, aku menemukan Hyejin di taman bersama Seo Kangjun hyeong kemudian aku pun menghampiri mereka berdua
“Disini kau rupanya.. Aku mencarimu kemana-mana” ucapku sambil terengah-engah
“Kau tak memintamu untuk mencariku, sunbae” balasnya dingin. Aigoo kenapa sekarang dia menjadi dingin
“Seungjun-ah, kudengar kau pembimbingnya ne?” tanya Seo Kangjun hyeong
“Ne” balasku kepadanya
“Ah kau harus tahu kalau dia ingin sekali kau menjadi pembimbingnya” ucap Seo Kangjun hyeong
“Ish! Oppa!” desis Hyejin sedangkan Seo Kangjun hyeong dan aku hanya terkekeh pelan
“Ya sudah kutinggalkan kalian berdua disini” ucap Seo Kangjun hyeong lalu ia berdiri dan berjalan melewatiku dan membisikkan sesuatu kepadaku
“Dia menyukaimu, Seungjun-ah” bisik Seo Kangjun hyeong di telingaku. Aku tak dapat menahan senyumku
“Ya Seo Kangjun! Aku dengar bisikkanmu!” teriak Hyejin kesal dan malu
“Heol.. Dasar dongsaeng kurang ajar. Oppa hanya membantumu” ucap Seo Kangjun hyeong sambil terkekeh kemudian ia berjalan menjauhi kita. Ia hanya menatap sekitarnya tanpa menghiraukanku
“Kau sibuk?” aku pun memulai pembicaraan
“Anni” balasnya singkat
“Good” ucapku lalu aku menarik pergelangan tangannya
“W-wae? Ya! Kau ingin membawaku kemana?” ucapnya sambil berusaha melepaskan tanganku yang masih memegang tangannya
“Sudah kau ikut saja” balasku tanpa menatapnya
“Andwae! Andwae! Shireo!” teriaknya lalu ia tersungkur di tanah untuk menghalangiku untuk berjalan. Kemudian aku menggendong tubuhnya yang berat. Bukan karena dia berat karena berat badannya, hanya saja dia tak mau diam begitu kugendong
“Ya! Aku ini pembimbingmu, aku akan mengajarimu banyak hal” protesku kepadanya
“Shireo!” ucapnya sambil memukulku terus-menerus
“Diamlah atau kamu harus mengerapp di jalan” ancamku kepadanya. Akhirnya ia diam
“Aku belum bisa ngerapp” balasnya. Aku hanya terkekeh pelan mendengar ucapannya
“Ingin mendengarkan rappku lagi?” tawarku kepadanya
“Kau masih suka ngerapp?” tanyanya
“Masih. Itu sudah menjadi keahlianku” ucapku bangga
“Kapan-kapan saja” balasnya dingin. Tak lama kemudian, kita sampai di taman hiburan dan aku menurunkan dia
“Ah.. kau berat sekali” ucapku sambil memegang bahuku. Sebenarnya aku tak merasa pegal sih, hanya untuk mencairkan suasana saja. Ia hanya melipat kedua tangannya di dada
“Siapa suruh kau menggendongku, Sunbae?” balasnya dingin
“Aigoo.. kau masih saja memanggilku Sunbae” ucapku sambil terkekeh kemudian aku mengacak rambutnya pelan
“Ya! Kenapa kamu mengajakku kesini? Katamu kau ingin mengajariku” protesnya
“Kalau kau ingin belajar, sebelumnya kau harus senang dulu dengan pembimbingmu” ucapku kepadanya. Ia hanya menatapku dengan tatapan bingung
“Ah.. ini memang tak mudah dimengerti oleh anak kecil sepertimu” lanjutku kemudian aku langsung menarik tangannya mengajak masuk. Ia hanya diam saja dan masih bingung. Lucu deh wajahnya kemudian aku mengajaknya menaiki wahana-wahana yang ada, lama-kelamaan ia pun mulai menikmati wahana yang ada
“Sunbae! Ini sangat menyenangkan!” teriaknya senang
“Ya! Berapa kali aku harus mengomong jangan memanggilku Sunbae! Tapi syukurlah kalau kamu senang” balasku kemudian tersenyum ke arahnya
“Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?” tanyanya
“Panggil aku Darling atau Honey atau Chagi atau bahkan.... Yeobo” balasku kepadanya
“Shireoyo! Aku panggil ‘Tiang’ saja ya seperti dulu?” balasnya
“Tiang tampan?” ucapku padanya
“Tiang aneh” balasnya kemudian ia tertawa
“Shireo!” balasku tak terima
“Pilih tiang aneh atau sunbae?” tanyanya kepadaku
“Atau saja deh” balasku pasrah
“Ya! Itu tak termasuk pilihan” balasnya. Aku menjitak kepalanya pelan
“Ya!” ucapnya kemudian ia memegang kepalanya yang kena jitakanku. Ia hendak membalas menjitak, tetapi aku lebih dulu menghindarinya. Ia terus berusaha menjitakku, tetapi nihil. Tangannya tak sampai di kepalaku
“Aish! Menyebalkan” gumamnya kesal. Aku hanya terkekeh pelan
“Mau membalas?” tanyaku
“Mau, tapi kamu lebih tinggi dariku. Aku masih tak sampai memegang kepalamu” balasnya. Aku pun menekuk kedua lututku memperpendek tinggiku
“Silahkan Jung Uisa” ucapku kepadanya. Ia sudah mendekatkan tangannya ke kepalaku, tetapi ia tak kunjung menjitak kepalaku
“Aku tak bisa melakukannya” ucapnya
“Wae? Tenang saja. Ini tak akan membuatmu dipecat dari pekerjaanmu” balasku
“Anni. Sekarang kau sudah menjadi sunbae-ku, jadi aku merasa tak enak” balasnya. Aku tertawa kecil kemudian mengacak rambutnya
“Kau memang tak pernah berubah. Jja~ ppaliwa kakiku mulai pegal berlutut terus. Tenang saja, aku tak akan marah” balasku kepadanya. Akhirnya ia pun menjitak kepalaku pelan
“Kita sudah impas ya?” tanyaku kepadanya. Ia mengangguk pelan
“Kau sudah lelah?” tanyanya. Ia mengangguk pelan
“Kajja, kita pulang” ucapku lalu aku menarik tangannya. Ia pun hanya menuruti perkataanku. Lalu kami berjalan ke stasiun bus. Untung penumpang bus tak banyak, jadi masih banyak kursi yang kosong
“Kita duduk disini saja” ucapku kepadanya lalu duduk kemudian ia pun duduk di sebelahku. Diam-diam aku memperhatikannya yang sedang menatap pemandangan melalui kaca jendela, aku hanya tersenyum melihatnya lalu aku kembali menatap ke depan. Tak lama kemudian, aku meliriknya lagi dan ia sudah tertidur dengan kepalanya yang bersandar di kaca jendela. Aku pun memindahkan kepalanya bersandar di bahuku, merapikan rambutnya agar tak menghalangi wajah cantiknya, mengelus kepalanya pelan dan tanpa sadar aku pun juga tertidur dengan kepalaku menyandar ke arahnya. Tak lama kemudian, supir bus mengerem bisnya dan membuatku dan Hyejin terbangun
“Kita dimana?” tanyanya
“Oh kurasa kita sudah sampai. Kajja kita turun” ucapku kepadanya. Ia pun mengangguk lalu kami turun dari bus
“Ah bahuku capek sekali” gumamku pelan
“Ommo! Mianhae aku tak sadar tadi aku tidur di bahumu. Perasaan tadi aku....” belum selesai ia berbicara, aku memotongnya
“Gwaenchana. Lagi pula aku yang menyandarkan kepalamu di bahuku, tadi kamu bersandar di kaca jendela” balasku sambil tersenyum
“Harusnya kau tak perlu melakukan itu, bodoh” gumamnya pelan, tetapi aku masih bisa mendengarkannya
“Mwo?” tanyaku pura-pura tak mendengarkannya. Ia langsung menggelengkan kepalanya
“Annio..” ucapnya
“Ahhhh aku masih mengantuk..” ucapnya sambil merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim oleh orang tuanya. Aku pun berjongkok
“Naiklah ke punggungku” ucapku kepadanya
“Shireo, kau sudah kelelahan” rengeknya
“Annio.. I am Strong”  ucapku penuh percaya diri
“Don’t try lie to me” balasku kepadanya
“Kau bilang apa?” tanyaku bingung
“Should I tell you?” balasnya dengan penuh kemenangan. Oke kuakui aku memang tak mengerti Bahasa Inggris
“Heol.. setelah ini aku akan belajar Bahasa Inggris” ucapku kepadanya
“Really? Are you sure?” ucapnya kepadaku dengan senyum kemenangan. Oke stop berbicara dengan Bahasa Inggris
“Apa bahasa Inggrisnya ‘Bisakah kau mengajariku?’” tanyaku kepadanya
“Can you teach me?” ucapnya kepadaku
“Can you...” ucapku dengan bahasa Inggris yang gagal. Ia pun tertawa pelan
“Arraseo... I will teach you” balasnya
“Naiklah ke punggungku” ucapku kepadanya. Jujur kakiku mulai pegal kelamaan berjongkok
“Gwaenchana aku masih bisa berjalan sampai di rumah” ucapku kepadanya. Sesekali aku mendengar dia bergumam ‘aku mengantuk’ , ‘aku mengantuk sekali...’ akhirnya aku merentangkan kedua tanganku di depannya  dan mengenai dahinya
“Ommo!” ucapnya terkejut  karena dahinya kena tanganku
“Kau yakin bisa berjalan sampai di rumah? Buktinya saja kau menabrak tanganku. Untung ini tangan bukan tiang listrik” ucapku kepadanya dengan penuh kemenangan
“Apa bedanya antara kamu dengan tiang listrik?” protesnya. Aku terkekeh pelan
“Bedanya tiang listrik hanya tinggi sedangkan aku tinggi dan tampan” balasku dengan penuh percaya diri. Ia hanya tertawa mendengar ucapanku. Aku berjongkok di depannya
“Naiklah. Kujamin kau sampai di rumah dengan selamat” ucapnya kepadaku. Akhirnya ia hanya menuruti perkataanku. Aigoo Hyejin-ah, kenapa ga dari tadi saja kamu menuruti ucapanku? Aku hanya terkekeh pelan kemudian berjalan menuju ke rumahnya
“Kau tahu rumahku dimana?” tanyanya
“Arra. Sudahlah kau tidur saja” balasku kepadanya. Ia tak berkata lagi, kemudian aku melirik ke arahnya ternyata dia sudah tidur. Aku tersenyum kemudian kembali fokus ke jalan

****

Tak lama kemudian, aku sampai di rumahnya. Aku pun mengambil kunci rumahnya dari saku celananya dan membukanya. Kemudian aku membawanya ke kamarnya dan menyelimuti tubuhnya. Aku merapikan rambutnya kemudian aku mendekatkan diriku ke telinga Hyejin
“Saranghae Hyejin-ah” bisikku di telinganya
“Nado saranghae, Seungjun-ah” balasnya. Aku terkejut mendengar ucapannya. Dia belum tidur? Atau dia hanya mengigau saja?
“Wae? Aku tidak mengigau” balasnya seolah ia bisa membaca pikiranku. Aku pun tersenyum ke arahnya lalu mencium pipinya
“Ya! Kenapa kau mencium pipiku?” protesnya lalu ia menutupi kedua pipinya yang memerah. Meskipun kamarnya gelap, tetapi wajahnya yang memerah masih kelihatan
“Kau ingin yang disini?” tanyaku sambil menunjuk bibirnya
“Jangan yang itu dulu. Lagi pula kau hanya boleh menciumku disini” ucapnya sambil menunjukkan keningnya
 “Ya! Kenapa aku hanya boleh disitu?” protesku tak terima
“Yang di pipi sebenarnya hanya I.M Oppa yang boleh menciumnya” balasnya sambil tertawa
“I.M nuguya? Kau hanya milikku!” protesku tak terima
“Kau tak kenal I.M Oppa? Dia juga bekerja di Rumah Sakit yang sama dengan kita” balasnya
“Beritahu kepadanya kalau hanya aku saja yang boleh menciummu” ucapku kepadanya
“Arraseo... aku hanya bercanda kok” ucapnya sambil tertawa. Di saat seperti ini, masih saja dia bisa bercanda
“Memang hanya kamu saja yang bisa bercanda? Sesekali aku juga bisa. Lagi pula I.M Oppa hanya kuanggap sebagai Oppaku saja”
“Ya! Kenapa Oppa-mu banyak sekali eoh?” protesku kepadanya
“Karena aku suka sekali punya banyak Oppa” jawabnya. Aku tersenyum ke arahnya kemudian memeluknya dan mengelus rambutnya, ia membalas pelukanku
“Saranghae Park Uisa” bisiknya kepadaku
“Saranghae Jung Uisa” balasku kepadanya sambil mengeratkan pelukanku


FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oppa!

Title: Oppa!  Cast: Bong Jaehyun of Golden Child  Genre: Sad, Hurt, Crack Lenght: Drabble Rating: General Aku selalu ingin...