Title: Regret
Cast: Jibeom of Golden Child
Genre: Sad, Hurt
Lenght: Ficlet Fanfiction
Rating: General
Andaikan waktu dalam terulang kembali, aku tak akan menyesali seperti saat ini
————
Cahaya matahari kini mulai meredup seolah juga ingin pergi dari pemuda ingin melepaskan rasa lelahnya ingin cepat beristirahat dan digantikan dengan cahaya bulan dan taburan bintang yang menghias langit yang kini menemani pemuda Kim di taman. Entah sudah berapa lama pemuda bernama Kim Jibeom berada di taman ini dan kedua manik matanya terus menatap ke depan dengan pandangan kosong berusaha menahan air yang ingin keluar darinya.
Jibeom hanya dapat membuang napasnya dengan kasar berharap udara disini dapat membawa seluruh penyesalan yang hinggap didalam tubuhnya bisa pergi jauh dari dia, tetapi bukannya rasa penyesalannya berkurang, justru rasa penyesalan itu tetap masih hinggap di dalam dirinya, malah mungkin bertambah dua kali lipat meskipun angin di taman bertiup cukup kencang membuatnya pemuda Kim ingin mengeratkan jaketnya. Tetapi percuma saja karena rasa dingin udara malam ini tak sebanding dengan rasa dingin dalam hatinya. Tubuhnya membeku dan terus memandang ke arah seorang gadis yang kini sedang tertawa bahagia dengan pria lain.
Terbesit memori dalam ingatan Jibeom saat melalui hari-harinya bersama gadis tersebut, suka dan duka yang telah mereka lampaui hingga beralih ke ingatan dimana pemuda Kim memutus hubungan dengan gadis tersebut secara sepihak akibat keegoisannya dan berujung ke penyesalan. Ingatan tersebut sungguh ingin Jibeom hilangkan, namun itulah hukuman untuk pemuda Kim atas perbuatannya. Ya anggap saja ini karma untuknya
Bukankah seharusnya pria yang sedang tertawa dengan gadis itu Jibeom? Ia terus membayangkan walaupun sekarang itu hanyalah angan-angannya saja. Kalaupun saja ini adalah mimpi, Jibeom ingin bangun sekarang juga dan semuanya dapat kembali lagi seperti sedia kala. Andaikan ia dapat memutar waktu kembali, tentu ia akan memutar waktu kembali dan ia pasti tidak akan dalam keadaan seperti ini. Sekarang sudah terjadi seperti ini, dia bisa apa? Andaikan Jibeom bisa berteriak berharap gadis itu berbalik kepadanya lagi, mungkin ia sudah melakukannya sejak tadi, tetapi mulutnya terasa seperti dikunci oleh seribu gembok dan ia kehilangan seribu kunci untuk membuka gembok tersebut. Jibeom pun hanya dapat tersenyum meskipun hatinya tidak sependapat dengannya kali ini. Ingin rasanya Jibeom mengungkapkan seutas kata 'Maaf' tetapi entah nyali pemuda itu langsung menciut tak seperti biasanya. Baginya, ia tak pantas mendapatkan kata maaf dari gadis yang sudah ia sakiti hatinya. Bagaimanapun juga penyesalan memang selalu datang belakangan dan Jibeom pun harus bisa menerimanya meskipun rasa penyesalan yang ia tanggung akan selalu mengusik hidupnya.
'Semoga kau dapat menemukan kebahagiaanmu sendiri meskipun kebahagiaanmu bukan aku' batin Jibeom lalu ia pergi meninggalkan taman itu dengan hati tercabik-cabik.
Jibeom hanya dapat membuang napasnya dengan kasar berharap udara disini dapat membawa seluruh penyesalan yang hinggap didalam tubuhnya bisa pergi jauh dari dia, tetapi bukannya rasa penyesalannya berkurang, justru rasa penyesalan itu tetap masih hinggap di dalam dirinya, malah mungkin bertambah dua kali lipat meskipun angin di taman bertiup cukup kencang membuatnya pemuda Kim ingin mengeratkan jaketnya. Tetapi percuma saja karena rasa dingin udara malam ini tak sebanding dengan rasa dingin dalam hatinya. Tubuhnya membeku dan terus memandang ke arah seorang gadis yang kini sedang tertawa bahagia dengan pria lain.
Terbesit memori dalam ingatan Jibeom saat melalui hari-harinya bersama gadis tersebut, suka dan duka yang telah mereka lampaui hingga beralih ke ingatan dimana pemuda Kim memutus hubungan dengan gadis tersebut secara sepihak akibat keegoisannya dan berujung ke penyesalan. Ingatan tersebut sungguh ingin Jibeom hilangkan, namun itulah hukuman untuk pemuda Kim atas perbuatannya. Ya anggap saja ini karma untuknya
Bukankah seharusnya pria yang sedang tertawa dengan gadis itu Jibeom? Ia terus membayangkan walaupun sekarang itu hanyalah angan-angannya saja. Kalaupun saja ini adalah mimpi, Jibeom ingin bangun sekarang juga dan semuanya dapat kembali lagi seperti sedia kala. Andaikan ia dapat memutar waktu kembali, tentu ia akan memutar waktu kembali dan ia pasti tidak akan dalam keadaan seperti ini. Sekarang sudah terjadi seperti ini, dia bisa apa? Andaikan Jibeom bisa berteriak berharap gadis itu berbalik kepadanya lagi, mungkin ia sudah melakukannya sejak tadi, tetapi mulutnya terasa seperti dikunci oleh seribu gembok dan ia kehilangan seribu kunci untuk membuka gembok tersebut. Jibeom pun hanya dapat tersenyum meskipun hatinya tidak sependapat dengannya kali ini. Ingin rasanya Jibeom mengungkapkan seutas kata 'Maaf' tetapi entah nyali pemuda itu langsung menciut tak seperti biasanya. Baginya, ia tak pantas mendapatkan kata maaf dari gadis yang sudah ia sakiti hatinya. Bagaimanapun juga penyesalan memang selalu datang belakangan dan Jibeom pun harus bisa menerimanya meskipun rasa penyesalan yang ia tanggung akan selalu mengusik hidupnya.
'Semoga kau dapat menemukan kebahagiaanmu sendiri meskipun kebahagiaanmu bukan aku' batin Jibeom lalu ia pergi meninggalkan taman itu dengan hati tercabik-cabik.
Fin

Tidak ada komentar:
Posting Komentar